Senin pagi, sebelum Merapi meletus untuk keempatnya, penampakan awan aneh terlihat di puncak di gunung itu.
Awan putih membentuk sosok berhidung panjang, mirip tokoh punakawan, Petruk.
Adalah Suswanto, warga Srumbung Magelang yang mengambil foto aneh itu. Dengan cepat gambar menyebar dan membuat heboh warga di pengungsian. Menurut warga, itu adalah petanda, Merapi akan kembali muntab dengan kekuatan yang lebih besar.
Dan, arah hidung Petruk yang menunjuk Selatan dianggap tanda, bahwa wilayah itu akan mengalami kerusakan paling parah.
Dikonfirmasi, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandrio menyatakan kemunculan awan bukan penanda ilmiah yang digunakan untuk memprediksi aktivitas Merapi.
"Jelas bukan," kata Subandrio saat dihubungi VIVAnews, Senin malam, 1 November 2010.
Meski demikian, Subandrio mengaku pihaknya memahami banyak cerita mistis yang beredar di masyarakat.
"Kami memahami keyakinan mereka, tak menyalahkan. Itu belum hilang di masyarakat, termasuk masyarakat Selatan, masyarakat Utara dengan berbagai versi," tambah dia.
Cerita yang beredar ini adalah tantangan mitigasi bencana dari aspek sosial.
"Tentang bagaimana mengubah pandangan masyarakat menjadi rasional, didasari ilmu pengetahuan. Ini tidak mudah," tambah dia.
Ke depan, tambah Subandrio, masyarakat akan diberi penjelasan tentang dampak meletusnya Gunung Merapi, dari berbagai skrenario.
Sekadar diketahui, Mbah Petruk diyakini masyarakat setempat sebagai penunggu kawah Gunung Merapi.
Muji, pemantau Merapi, mengatakanm cerita awan Petruk tidak hanya beredar kali ini. "Dulu tahun 2006 juga ada seperti itu, tapi saya tidak lihat sendiri. Saya hanya mantau selama 20 hari waktu itu," kata dia saat dihubungi terpisah.(Vivanews.com)