Indonesia menempati peringkat kedua dalam daftar jumlah korban tewas terbanyak akibat bencana alam di Asia-Pasifik. Selama kurun 20 tahun, berbagai bencana alam di negeri ini juga telah menimbulkan kerugian ekonomi sedikitnya US$22,5 miliar.
Data tersebut tercantum di laporan "The Asia Pacific Disaster Report 2010" yang disusun oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk kawasan Asia dan Pasifik (ESCAP) dan Badan PBB Urusan Strategi Internasional untuk Penanggulangan Bencana (UNISDR). Dipublikasikan Selasa, 26 Oktober 2010, ini merupakan kali pertama PBB menyusun laporan khusus mengenai bencana alam di Asia-Pasifik.
Laporan itu, seperti yang dipaparkan di laman ESCAP, merinci daftar negara di Asia Pasifik yang mengalami bencana alam selama periode 1980-2009. Bencana alam itu baik berupa, banjir, kekeringan, letusan gunung berapi, tanah longsor, dan lain-lain.
Indonesia menempati posisi keempat dalam jumlah kasus bencana alam di Asia-Pasifik. Selama 1980-2009, negeri ini mengalami 312 kasus. Peringkat pertama dihuni China (574 kasus), kemudian disusul India (416), Filipina (349), dan Indonesia.
Namun, berdasarkan peringkat jumlah korban tewas terbanyak, Indonesia menempati posisi kedua, di bawah Banglades. PBB mendata sedikitnya terdapat 191.164 jiwa yang tewas akibat bencana alam di Indonesia selama 1980-2009. Di Banglades, bencana alam dalam 20 tahun merenggut nyawa 191.650 jiwa.
Untuk kerugian ekonomi akibat bencana alam, Indonesia berada di peringkat ke delapan. Selama 1980-2009, negeri ini menderita kerusakan ekonomi senilai US$22,5 miliar. Penentuan nominal kerugian itu beradasarkan pada riset harga PBB tahun 2005. Peringkat pertama diduduki China, yaitu senilai US$322 miliar.
Sedangkan pada katagori jumlah korban selamat yang menderita kerugian akibat bencana, Indonesia berada di posisi kesembilan. Selama 1980-2009, sedikitnya terdapat 18 juta warga di Indonesia yang menanggung derita akibat bencana kendati mereka selamat. Peringkat pertama ditempati China.
Laporan ESCAP-UNISDR itu juga mengungkapkan bahwa negara-negara di Asia-Pasifik empat kali lebih rentan dihantam bencana alam ketimbang di Afrika, bahkan 25 kali lebih rentan ketimbang di Eropa dan Amerika Utara.
Laporan itu juga menilai bahwa kerugian akibat bencana alam diperparah oleh kemiskinan. Tingkat kerentanan lebih besar diderita warga miskin dan ini berasal dari ketimpangan sosial-ekonomi dan lingkungan alam.
"Sepanjang ketimpangan itu tidak diatasi, mereka yang terus-menerus berisiko dihantam bencana alam akan tetap miskin dan kian rentan pula diterpa bencana. Situasi ini menciptakan lingkaran setan sehingga sulit untuk keluar," kata Noeleen Heyzer, Sekretaris Eksekutif ESCAP, dalam pernyataan bersama dengan Magaretha Wahlstrom, Utusan Khusus PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana.(vivanews.com)