Makanan ringan biasanya dibuat dengan resep berupa aneka bahan yang bisa diperoleh di pasar. Tapi, penganan khas Desa Raja, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Kalbar ini sungguh berbeda.
Ada satu "bahan" yang tak bisa diperoleh di pasar. Karena, dodol perenggi khas desa tersebut, dibuat dengan membacakan mantera.
Wartawan Tribun Pontianak berkunjung ke sebuah tempat yang beriri di antara bangunan Rumah Melayu, di kawasan Desa Raja, Jumat (3/9/10). Tak jauh dari keraton Ismahayana Landak, empat ibu rumah tangga terlihat sibuk membuat berbagai macam kue.
Dengan lincahnya tangan-tangan perempuan paruh baya itu mengaduk-aduk bahan kue yang ada di hadapan mereka.
"Sekarang ni tinggal bikin kue yang ringan-ringan saja," kata Nyemas Arpani, satu di antara wanita itu.
Sepintas kue-kue yang dibuat ibu-ibu rumah tangga ini merupakan penganan yang disajikan saat Lebaran pada umumnya, yakni kue kering. Namun setelah diperhatikan dengan seksama, ada beberapa jenis yang terbilang agak asing, di antaranya dodol perenggi itu.
Penganan ini berbahan dasar sejenis labu berwarna kuning, dan bisa diperoleh dengan mudah di pasar. Namun, ternyata menjadi makanan ringan khas di daerah itu saat lebaran, dan hanya ada di Ngabang.
"Tak rumit sih membuatnya. Cukup menyiapkan kelapa, buah perenggi, gula merah, gula pasir dan tepung ketan," ujar Nyemas.
Tapi, ada satu "resep" yang dirahasiakannya. Apa itu? Ternyata, rapalan mantera yang harus diucapkan dalam hati, saat memulai mengolah adonan.
"Banyak orang yang bisa membuat dodol seperti ini. Namun rasanya berbeda, karena ada rahasia yang tidak mereka ketahui," katanya.
Dia menyimpan erat-erat "rahasia" di balik gurihnya dodol perenggi buatannya. Terlebih selama ini, banyak orang memesan makanan seharga Rp 70 ribu per kilogram itu.(kompas.com)