PENULIS biografi Steve Jobs, Walter Isaacson, mengungkap sisi lain dari pendiri Apple itu. Di balik kejeniusannya dalam menciptakan dan memajukan teknologi, Jobs ternyata bukan orang yang responsif dalam dunia medis. Hal itu diketahui setelah Isaacson berkata bahwa Jobs cenderung mengabaikan penggunaan obat-obatan medis ketika kankernya pertama kali terdeteksi.
"Menurut saya, ia cenderung mengabaikannya seolah-olah hal itu tak ada," kata Isaacson. "Kami juga sering membahasnya. Jobs pun pernah mengaku menyesalinya. Ia berandai-andai seharusnya ia bisa dioperasi lebih cepat." Ini juga mencerminkan pandangan Steve Jobs tentang dunia medis. Dengan kejeniusannya dalam teknologi, sangat disayangkan ia malah enggan percaya pada teknologi kedokteran yang ia nilai canggung dan sulit.
Ini juga merupakan sebuah pelajaran sederhana bagi kita untuk bersedia mendengarkan saran dokter dalam mengatasi tumor. Anda tidak dapat berharap bisa menyembuhkan kanker hanya dengan diet atau akupunktur, seperti yang dipikirkan Steve Jobs.
Steve Jobs |
Di sisi lain, Steve Jobs berhasil sempurna menciptakan gadget berteknologi guna mempermudah segala hal dalam hidup ini. Sayang sekali keberhasilannya tidak disalurkan untuk dunia kedokteran. Padahal, bayangkan saja dengan sentuhan Jobs, rumah sakit tentu akan bisa memberikan pelayanan yang jauh lebih efektif untuk banyak pasien. Diakui sang adik Mona Simpson, Jobs pernah mendesain sketsa di ICU. "Dia merancang monitor dan peralatan sinar X.
Memang, iPad karya Steve Jobs telah berkontribusi banyak dalam kehidupan ini. Namun, ditakutkan, kekaguman kita pada kemajuan teknologi justru akan membuat kita mengabaikan hal yang lebih penting, yakni kesehatan.
Sumber : mediaindonesia.com