Pages

Wednesday, September 8, 2010

Mengapa Gadis Kaya Seperti Jennifer Melacurkan Diri ke Rooney?

 Dengan ayah seorang eksekutif di perusahaan minyak dan ibu yang biasa mengemudikan Porsche, Jennifer Thompson hidup berada.

Dibesarkan di Qatar, keberadaan Thompson dilindungi oleh orangtua dan tiga saudara laki-lakinya. Ketika keluarganya kembali ke Inggris, Thompson dikirim ke sekolah privat untuk kariernya di masa depan.

Namun, di usia 21 tahun, Thompson mengiklankan dirinya sebagai 'Juicy Jeni', seorang pelacur dengan tarif 1.200 poundsterling atau Rp 16 juta per malam. Kecantikan Thompson tampaknya membuat penyerang Inggris Wayne Rooney tergiur.

Salah seorang bekas teman Thompson mengatakan: “Dia bersedia tidur dengan siapapun. Dia akan meniduri pacar Anda jika Anda mengganggunya.”

Pada Senin, Thompson kembali ke rumah keluarganya senilai 400 ribu poundsterling di Bolton untuk pertama kali sejak namanya dikaitkan dengan Rooney.

Orang tuanya, Hamish dan Danuta, yang tengah berlibur di Portugal kabarnya sudah tidak mengakuinya lagi. Thompson diisukan sudah tidak punya kunci rumah tersebut dan terpaksa masuk setelah diizinkan salah seorang saudara laki-lakinya.

Seorang sobatnya mengatakan, “Keluarganya tidak tahu dia tidur dengan pemain bola untuk mendapat uang dan dia tahu orangtuanya bakal murka saat mereka pulang dari liburan.”

Pada akhir pekan lalu, Thompson menceritakan bagaimana Rooney 'mengejarnya' selama berbulan-bulan dengan pesan pendek dan membayar untuk mendapat seks. Ketika istri Rooney, Coleen, tengah menanti kehadiran anaknya, Kai, Rooney malah meninggalkan rumah seharga 4,5 juta poundsterling untuk bertemu Thompson di sebuah hotel berbintang lima.

Sementara, foto-foto di akun Facebook Thompson menunjukkan dia bersama sejumlah selebritas seperti petinju Amir Khan, pemain bola profesional, bintang opera sabun, dan Callum Best.

Lantas, apa yang mengubah seorang gadis religius menjadi seorang yang ingin menikahi pemain sepak bola sehingga rela menjual tubuhnya?

Jennifer Thompson lahir di Aberdeen. Di sana, ayah Thompson merupakan pemain kunci di industri perminyakan. Ibu Thompson, Danuta, berasal dari keluarga Polandia dan merupakan seorang umat Katolik Roma yang taat.

Keluarga Thompson pindah ke Qatar di era 1990-an. Ayah Thompson, 55 tahun, bekerja di perusahaan minyak Petro-Canada sebagai teknisi senior sumur minyak.

Abang Thompson, Alexander, 26 tahun, adalah seorang penata rambut di Leeds. Abang Thompson lainnya, Charles, merupakan mantan penerjun payung yang kini menjadi pelatih pribadi. Sedangkan, Max, 19 tahun, akan masuk kuliah di jurusan seni.

Thompson mulai badung setelah keluarganya kembali ke Inggris dan tinggal di Heaton, Bolton. Usai menyelesaikan sekolah dasar di sebuah sekolah Katolik Roma, Thompson masuk sekolah menengah pertama Katolik, Thornleigh Salesian College.

Ketika menginjak remaja, dia kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan di Inggris. Alhasil, ketika berusia 14 tahun, dia dipindahkan ke Lord Independent School yang biayanya per semester 1.555 poundsterling.

Tetapi harapan agar Thompson kembali taat agama pupus. Teman-teman Thompson mengatakan pada usia 15 tahun, Thompson menjadi liar. Thompson dikabarkan sering keluar kota dan mabuk-mabukan.

Salah seorang temannya mengatakan itu terjadi akibat ayah Thompson bekerja di luar negeri dan jarang berada di rumah. Karena orangtua jarang di rumah, Thompson dan kakak-kakaknya menguasai rumah.

Mereka menggelar pesta tiap pekan dan muncul kabar Thompson berhubungan dengan teman-teman kakaknya.

Seorang teman Thompson mengatakan Thompson selalu ingin bersama seorang pemain bola. Thompson juga menceritakan kepada teman sekelasnya bahwa ia akan tidur dengan pemain bola dan ketika mereka bangun di pagi hari, pemain tersebut akan memberinya yang dan menyuruhnya untuk pulang.

“Ia tampaknya tidak keberatan. Tidak ada tanda-tanda penyesalan. Ia seperti binatang pesta dan sering ke rumah sakit untuk memompa perutnya setelah minum terlalu banyak,” ujar teman Thompson.

Teman Thompson lainnya mengatakan Thompson sudah mengenal obat-obatan terlarang sejak 16 tahun. “Selalu ada pesta di pub dan ini kali pertama ia diberi kokain,” ujar teman tersebut. “Ada banyak pria yang lebih tua di sana, yang berusia sekitar 30 tahun. Dia saat itu baru 16 tahun. Tetapi mereka senang ada dia.”

Menurut teman Thompson lainnya, di tahun terakhir sekolah, Thompson sudah menjadi pelacur.

Thompson sesumbar mengenai hubungannya dengan mantan pemain Bolton Wanderers El Hadji Diouf. Thompson mengaku dibayar 200 poundsterling untuk tidur dengan Diouf ketika ia berusia 17 tahun. Ia juga mengaku memiliki hubungan gelap dengan Amir Khan.

Thompson merupakan teman dari Amy Leigh Barnes, yang merupakan model dan aktris sebelum dibunuh di usia 19. Thompson dan Barnes sering mabuk bareng dan berpesta sampai dini hari.

Teman Thompson juga menggambarkan Thompson sebagai orang yang rapi dan berkecukupan. “Penampilan adalah yang terpenting baginya. Dia bisa berjam-jam dandan agar terlihat sempurnya. Ketika kami tahu dia seorang pelacur, kami heran. Kenapa seseorang dengan uang yang cukup mau melakukan itu? Saya merasa kasihan kepada orangtuanya. Tampaknya, mereka tidak tahu dengan kejadian yang menimpa anaknya,” ujarnya.

Tidak diketahui apakah Thompson lulus atau keluar dari sekolah. Dia mendapat pekerjaan di sebuah kelab malam di Bolton, J2 Club. Di tempat itu, dia mulai bergaul dengan para pemain bola dan mendapat uang tambahan sebagai model.

Teman Thompson mengatakan, “Dia memutuskan untuk menjadi pacar pemain bola dan mulai bergaul dengan para pemain Bolton Wanderers. Mereka senang memberi nomor telepon mereka kepadanya. Dia menjadi semacam guyonan.”

“Mereka mengatakan, 'Telepon Jen, dia akan memberimu waktu menyenangkan'. Dia selalu memiliki kokain. Dia membawa dua kantong, masing-masing satu gram, ketika keluar dan mengkonsumsinya untuk diri sendiri,” ujar seorang teman Thompson.

Sejak itu, Thompson dicap sebagai orang yang ingin jadi pacar pemain bola 'Mi$$ J.T'

Dalam akun Facebook, Thompson mengatakan, “Saya adalah salah seorang yang bisa Anda cintai atau benci!”

“Tidak peduli apa yang dikatakan orang, saya adalah Mi$$ J.T. Saya masih muda dan lajang serta mencintai kehidupan. Saya mencintai teman-teman saya dan keluarga saya.”

Meski tingkah Thompson yang liar, kakaknya, Alexander, tetap mempercayainya. “Dia menghubungi saya beberapa hari lalu. Dia akan balik ke Bolton karena bakal ada berita di media massa mengenainya,” ujar Alexander.

“Saya tidak percaya dia menjadi pelacur. Saya kenal adik saya. Dia tidak butuh duit. Dia bisa mendapatkannya dari ayah dan ibu saya. Mereka cukup berada,” tambahnya.(tempointeraktif.com)