Pages

Wednesday, May 11, 2011

Pemanasan Global Ganggu Koneksi Internet

 Akses Internet lewat sambungan Wi-Fi serta sarana komunikasi lain menghadapi ancaman terkait pemanasan global kecuali sejumlah tindakan diambil untuk melindungi mereka dari temperatur yang terus meningkat serta cuaca yang semakin memburuk.

Menurut Caroline Spelman, Menteri Negara Lingkungan Hidup Inggris, temperatur yang lebih tinggi bisa mengurangi jarak pancaran sinyal perangkat komunikasi nirkabel. Adapun hujan badai bisa mempengaruhi kehandalan perangkat dalam menangkap sinyal. Musim dingin yang lebih basah juga akan menyebabkan longsor, merusak tiang pancang, serta kabel bawah tanah.

Ancaman yang muncul akibat perubahan iklim terhadap akses internet dan telepon merupakan kejadian langka dan hanya negara maju yang mengalami dampak lebih parah. Di negara berkembang sendiri, risiko lebih besar yang dihadapi akibat perubahan iklim hanyalah banjir, musim kemarau, serta kenaikan permukaan air.

“Jika perubahan iklim mengancam kualitas sinyal atau Anda tidak mendapatkan sinyal karena terjadi fluktuasi ekstrim pada temperatur, maka Anda akan mengalami kerugian. Ini sangat mendesak untuk kita atasi,” kata Spelman, dikutip dari Guardian, Rabu 11 Mei 2011.

“Bayangkan jika di saat kondisi darurat, koneksi internet ataupun telekomunikasi ternyata terputus,” ucap Spelman.

Spelman menyebutkan, dari laporan yang disusun, disimpulkan bahwa infrastruktur, mulai dari jalan dan rel kereta, dari sumber pasokan listrik sampai ke sumber pasokan air, harus dibuat lebih tahan terhadap perubahan iklim.

Lebih detail, laporan itu menyimpulkan, jaringan kabel listrik harus diperkuat untuk mencegah kerusakan, jalan harus dilapisi dengan pelindung permukaan agar aspal tidak meleleh, serta jalur kereta harus dibuat lebih tahan panas agar tidak melengkung.

Pemerintah sendiri, sebut Spelman, mengakui bahwa dampak perubahan iklim pada telekomunikasi tidak dipahami dengan baik. Namun laporan yang disusun menunjukkan sejumlah risiko potensial. Selain dampak terhadap jangkauan dan kehandalan, temperatur yang lebih hangat serta badai yang lebih intens berpotensi menyebabkan infrastruktur komunikasi mengalami kebanjiran atau rusak akibat tertimpa pohon yang tumbang.

Pada laporan, peneliti juga memperkirakan bahwa perubahan pada pertumbuhan pepohonan bisa mempengaruhi bagaimana gelombang radio bergerak.(vivanews.com)

Pabrik Mobil Jepang Terancam Tutup Lagi


Derita produsen mobil belum cukup. Setelah gempa, tsunami, dan disusul kebocoran PLTN Fukushima, kini muncul masalah lain. Persoalan kali ini terkait permintaan Perdana Menteri Jepang Naoto Kan kepada Chubu Electric Power Co untuk menutup sementara PLTN Hamaoka di Prefektur Shizuoka, Jepang tengah.

Menurut Kyodo News, Chubu Electric melayani listrik untuk pabrik mobil, antara lain Toyota, Honda, dan Suzuki. Kawasan lain yang dilayani adalah Aichi. Di tempat tersebut terdapat 12 pabrik Toyota yang membuat mobil dan komponen, termasuk pemasok komponen utama Toyota, Denso, dan Aisin Seiki Co.

Presiden Chubu Electric Power Co Akihisa Mizuno kepada wartawan kemarin mengatakan setuju untuk menutup sementara PLTN Hamaoka. Dijelaskan, penutupan ini tidak hanya menimbulkan masalah bagi Jepang tengah, tetapi juga seluruh negara tersebut.

"Pengaruhnya terhadap pabrik mobil sangat besar dan akan menambah beban Toyota," kata Koji Endo, analis industri mobil di Advanced Research Japan di Tokyo kepada Bloomberg. Saat sebagian perusahaan mobil Jepang, terutama Toyota dan Honda, baru bisa berproduksi 50 persen, penutupan PLTN Hamaoka diperkirakan akan mengakibatkan penuruan produksi mobil bertambah lagi.

Kedua perusahaan tersebut juga belum memberikan komentar sehubungan dengan permintaan Perdana Menteri Noato Kan tersebut.(kompas.com)