Pages

Thursday, July 7, 2011

John, Si Analis Osama dari CIA

Jika anda mengingat foto saat tim Barack Obama menyaksikan langsung penyergapan Osama bin Laden, John ada di sana. Namun, ia tak terpotret. Bagi Amerika, jasa John besar. Siapa dia?

Tersembunyi dari pandangan, tepat di pinggir frame foto tersebut, ada seorang analis handal Badan Intelijen AS (CIA). Dalam perburuan Osama, mungkin tak ada yang sepenting dirinya. Hampir 10 tahun terakhir, pekerjaannya adalah memburu si pemimpin Al Qaeda itu.

Si analis ini yang beberapa waktu lalu membuat laporan, CIA telah menemukan petunjuk pasti untuk melacak Osama. Ketika tim Navy SEAL membawa pulang barang-barang sitaan dari rumah Osama di Abbottabad, Pakistan, ia memimpin penyelidikan tumpukan petunjuk itu.


Ia suara yang paling yakin ketika berbisik di telinga Presiden Obama, bahwa Osama kemungkinan ada di balik dinding tinggi itu. CIA tak pernah mengizinkannya berbicara langsung kepada wartawan. Namun, ia berada di balik salah satu operasi antiterorisme tersukses badan intelijen tersebut.

Media sekelas Associated Press yang mendapat akses eksklusif sekalipun, menyetujui permintaan CIA untuk tak mempublikasikan nama lengkapnya serta menyembunyikan sejumlah detil biografi. Maka, panggil saja ia John, nama tengahnya.

John adalah salah satu dari ratusan staf CIA yang dikerahkan untuk misi antiterorisme Amerika pascaserangan 11 September 2001. John berpengalaman menangani masalah intelijen saat fokus Amerika tertuju pada Rusia, terutama Perdana Menteri (PM) Vladimir Putin.

Kemampuannya mengenali detil-detil kecil yang tampak tak signifikan untuk merajut benang-benang informasi, amat dipuja. John sanggup menyusun sebuah kisah penting dari hal-hal kecil itu. Kemampuan ini amat tepat untuk memburu teroris.

“Ia bisa memberi anda pandangan luas mengenai detil-detil. Kami selalu terpesona padanya,” tutur Deputi Direktur CIA John McLaughlin yang sempat mendapatkan briefing dari John setelah serangan teroris 11 September.

Riwayat John di CIA mungkin lebih lama ketimbang para supervisor atau direktur lembaga itu. CIA tak suka menahan orang lama di satu titik karena khawatir terlena dan bias. Ia memang tak mau pergi dan selalu teguh dengan posisinya, meski CIA sudah menawarinya kemana-mana.

Satu dekade terakhir ia habiskan untuk memantai kehidupan Osama, berusaha mengerti isi kepala teroris yang paling diburu Amerika itu. Ia berkeliling kemanapun petunjuk membawanya. John bak hantu, salah satu mantan bosnya bahkan tak yakin apa jabatan John sebenarnya.

“Yang jelas, kami tahu jika ia ada di ruangan, maka kami harus mendengarkannya berbicara,” ujar seorang staf CIA, yang tak mau namanya disebut.

Perang antiterorisme AS dipusatkan pada Afghanistan dan Pakistan, karena meyakini Osama bersembunyi di perbatasan kedua negara itu. John mengusulkan CIA harus masuk lebih dalam ke Pakistan dan melakukannya dengan cepat.

Rekomendasi ini sudah dibawa ke Gedung Putih, sejak mantan Presiden George W Bush masih duduk di kursi commander-in-chief. Namun, Obama-lah yang mendengarkan rekomendasi itu dan membuktikan, analisa John benar adanya.(Inilah.com)