Pages

Monday, June 20, 2011

Alasan Orang Indonesia Mencintai BlackBerry

Di Indonesia terdapat lelucon, jika tak memiliki gadget yang tepat, orang akan dikucilkan. Tak diragukan, gadget yang sedang in di Indonesia adalah BlackBerry.

Bukan tanpa alasan, hal ini bisa dilihat dari sekeliling. Misalnya, saat jam makan siang di Jakarta, banyak didapati orang asyik ‘bergumul’ dengan BlackBerry mereka. Sebagian besar orang-orang ini terpaku pada smartphone dekoratif mereka.

Pengamat teknologi informasi (TI) Onno Purbo, orang Indonesia melihat BlackBerry sebagai gadget trendi dan menarik. Tak hanya para profesional yang turut terjebak dalam ‘kemeriahan’ ini. Bahkan, siswa SMA pun sudah menggunakan gadget ini dengan alasan agar tetap bisa berhubungan dengan teman-temannya.


Selain itu, seringkali ditemui satu keluarga yang semua anggota keluarga menggunakan smartphone. Namun, mengapa smartphone, bukan ponsel? Menurut banyak orang, smartphone jauh lebih keren dibanding ponsel.

Demam smartphone Research In Motion (RIM), pengembang BlackBerry Kanada, ini membuat produsen BlackBerry itu tak butuh iklan guna memikat pelanggan baru. Meski begitu, tetap ada kampanye pemasaran dari profil tinggi RI, terutama anak menantu presiden.

Analis pemasaran mengatakan, hal yang menjadi pendorong penjualan smartphone di Indonesia adalah kata mulut ke mulut. Namun, bagaimana semua hal ini dimulai masih menjadi sebuah misteri.

Fitur yang dimiliki BlackBerry sendiri sedikit berbeda dengan smartphone lain yang tersedia di pasar, meski pengguna lain juga bisa mengirim pesan secara gratis. Entah bagaimana seperti ditulis BBC, produk gaya hidup ini telah memperoleh status kultus di Indonesia.

“Kita adalah bangsa konsumen, selalu mencari tren terbaru,” ujar Purbo. Swadeklarasi trendsetter seperti radio DJ Tommy Prabowo menyuarakan pandangan Purbo. “Saat saya pertama mendapat Blackberry di 2008, sangat sedikit orang Jakarta menggunakannya. Namun kini, 99% kenalan saya menggunakan BlackBerry,” katanya.

Selama dua tahun terakhir, Prabowo mengganti smartphone-nya sebanyak empat kali untuk mengikuti tren terbaru. Fenomena ini mirip ledakan ponsel di Indonesia kurang dari satu dekade lalu yang membuat Indonesia menjadi salah satu pasar ponsel terbesar dunia.

“Anda tak keren jika tak memiliki Nokia terbaru. Saat ini kita sedang menuju ke arah yang sama. Beberapa orang sama sekali tak mengetahui cara menggunakan fitur Blackberry selain layanan pesannya. BlackBerry merupakan hal baru dan ngetren,” kata Prabowo.

Ledakan pengguna smartphone tampaknya bertepatan dengan lonjakan penggemar media sosial. Menurut situs Internet World Stats, sejak 2000, penggunaan internet di Indonesia telah tumbuh 1.500%.

Statistik web Socialbakers memperkirakan Indonesia memiliki 37 juta pengguna Facebook dan menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat (AS). Sementara itu, penghitung trafik comScore memberi peringkat Indonesia keempat dunia untuk Twitter.

Menurut pekerja bank yang sempat dipenjara setelah mengeluhkan perlakuan rumah sakit dalam email yang dikirim ke teman-teman, Prita Mulyasari, pentingnya jejaring sosial mendapat perhatian Indonesia pada 2009.

Para pendukung Prita meluncurkan kampanye besar-besaran di Facebook dan Twitter, dan memicu peliputan media secara luas baik di nasional dan internasional yang kemudian membuat Prita dibebaskan dari semua tuduhan.

Baru-baru ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyangkal klaim kritikus yang menyebarkan kebohongan dan rumor tentang SBY menggunakan media sosial. Bahkan, presiden menyebut BlackBerry sebagai platform yang bisa ‘meningkatkan kehidupan’.

Namun, ia menambahkan, mereka yang ‘menggunakan media online untuk membunuh karakter atau menyalahgunakannya, tak bertanggung jawab, tercela dan pengecut’.

Purbo yakin, banyak orang Indonesia menggunakan teknologi komunikasi lebih dari sekadar memperbarui status sosial. “Hal inilah yang perlu dipelihara dan pemerintah harus melakukannya sesuatu pada hal ini,” katanya.

Selama bertahun-tahun, pemerintah Indonesia bernegosiasi dengan RIM untuk pembangunan server lokal. Purbo yakin, pemerintah harus lebih proaktif mendorong RIM berinvestasi di RI. “Mengapa berhenti pada satu server? Server hanya sepotong kecil peralatan dan bisa diletakkan di mana saja. Mengapa tak meminta mereka membangun pabrik di sini?”

Programer Indonesia harus dilibatkan dan berbagi keuntungan, lanjutnya. Semua hal ini bisa berubah jika Android Google berhasil mengambil alih pasar. Purbo sendiri menggambarkan Android sebagai ‘hal besar berikutnya’.

Smartphone Android belum memenangkan konsumen Indonesia. Purbo yakin, hal ini dikarenakan Android sebagian besar diproduksi di Asia sementara orang Indonesia ‘haus’ barang Amerika atau Eropa.

Saat ini, jutaan pengguna Blackberry menekan jaringan mobile dan membuat operator kesulitan memasok layanan handal. “Saya sendiri telah meninggalkan Blackberry sejak lama dan menggunakan Android. Android murah dan buatan China,” ujar Purbo.(inilah.com)