Pages

Sunday, November 7, 2010

Obama Batal Jika Merapi Mirip Eyjafjallajokul

Rencana kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia Selasa nanti terancam batal, menyusul kekhawatiran abu vulkanik dari letusan Merapi dapat mengganggu penerbangan.

Sebagai informasi, Obama dijadwalkan akan mengunjungi Indonesia pada 9-10 November mendatang.

Ditakutkan, debu vulkanik yang dilepaskan Merapi kali ini akan menyebabkan Obama membatalkan kunjungannya ke Indonesia untuk ketiga kalinya. Namun, juru bicara Kedutaan Besar Amerika di Indonesia, Paul Belmont, mengatakan bahwa pembatalan masih belum dibicarakan.

Belmont mengilustrasikan situasi yang dapat membuat Obama membatalkan kunjungannya. Yaitu jika debu Merapi sudah seperti meletusnya gunung Eyjafjallajokul di Islandia Mei lalu. Ketika itu, debu Vulkanik sangat tebal sehingga mustahil ada pesawat yang dapat melaluinya.

“Jika situasinya menjadi parah seperti yang terjadi di Eropa beberapa waktu lalu. Maka, kita akan menanggapinya dengan serius,” ujar Belmont seperti dilansir dari laman Associated Press seraya mengatakan bahwa pihak Obama tengah mengawasi hal ini dengan seksama.

Seperti diketahui, Obama telah dua kali membatalkan kunjungannya ke Indonesia. Pertama, Maret lalu saat memperjuangkan UU Reformasi Kesehatan yang digagasnya. Kedua, pada Juni lalu saat terjadinya kebocoran sumur minyak milik perusahaan Inggris, BP, di Teluk Meksiko.

Sebelumnya, sejumlah maskapai penerbangan asing telah menunda penerbangannya ke Indonesia untuk menghindari risiko yang ditimbulkan oleh abu vulkanik tersebut. Maskapai penerbangan ini mengatakan debu vulkanik membahayakan penerbangan dan dapat merusak pesawat.

Pada letusan Merapi yang disebut-sebut sebagai yang terbesar selama satu abad ini, sekitar dua miliar kubik gas, batu dan debu dilepaskan ke udara. Ditakutkan, peristiwa yang dialami penerbangan British Airways 30 tahun lalu akan terjadi lagi. Kala itu, pesawat ini hampir saja celaka ketika mesin rusak karena menghisap debu vulkanik dari gunung Galunggung.(vivanews.com)